Materi khutbah Idul adha 1434
H./2013 M.
TANPA
PENGORBANAN TAK KAN ADA KEBERHASILAN
Oleh : Drs. H. Sudono Al-Qudsi, M.H. *)
اللهُ أكْبَرُ × 9
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَه واعزجنده وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ
إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً
لِلْمُسْلِمِيْنَ، ، ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو
الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ
لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ
الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى،
الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ،
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ
فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
اَمَّا بَعْدُ:
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
المُتَّقُوْنَ!
Hari ini Allah SWT. masih sayang
kepada kita, Allah Maha Pemurah telah memberikan segala fasilitas untuk kita
semua, iman , Islam, kesehatan ,waktu , dan kesempatan , sehingga pagi ini kita
dapat melaksanakan sholat Idul Adha tahun 1434 H/2013 M . dalam keadaan sehat,
aman dan damai.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ
لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Marilah tundukkan kepala dan jiwa
kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan
kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun
kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya
kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan
dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa
atas segala-galanya.
Masalah pengorbanan, dalam
lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi
Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama
Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu
lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu
demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri
tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan
istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing,
di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi
baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan
ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu
Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui
nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i)
antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat
jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber
kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu,
mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai
pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk
membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat
sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah,
sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan
seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota Mekkah yang aman dan
makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ
أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai
negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS
Al-Baqarah: 126),
Dari ayat tersebut, kita memperoleh
bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran
yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas
yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan
tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan
hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu
menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran
tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak beragama
Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
قَالَ وَمَن كَفَرَ
فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ
Artinya: Allah
berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian
aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.”
(QS. Al-Baqarah: 126)
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr”
artinya hari cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula
dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran
dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah
memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih
Allah).
Setelah titel Al-khalil
disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa
Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan
kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai
hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal
bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para
malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan
keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar”
disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300
lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim
mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh
seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka
dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu
bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak,Demi Allah
, bila Allah meminta anak kesayanganku,
niscaya akan aku serahkan juga.”Ibrahim bersumpah atas nama Alloh.
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul
‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian
dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi
Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu
masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya
dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat
mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا
تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim
berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.”(QS As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan
perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak
silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak
tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan
siti Hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah, akupun
siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar
iblis dengan batu, sehingga mata sebelah kiri iblis buta, serta mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang.
Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar
jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di mina.
Setelah sampai disuatu
tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku
harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa,
sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya,
sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak
terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan
berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada
ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap
sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat
tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar
kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak
sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan
bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah
anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta
ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya,
Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan,
bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka
dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk
dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah
hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau,
karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata :
”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam
keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan
putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas
membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya
tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di
bagian atas. Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata
batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu,
tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin
Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah
mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim,
jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT
memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya.
Dan Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya,
tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah
dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah
mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana telah
diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
Menyaksikan tragedi penyembelihan
yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril
menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa
seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha
illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu
Akbar Walillahil Hamdu.’
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang
kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban
yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing,
sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu
menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk
menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 %
harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu
kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu
makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya.
Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh
dari Rahmat Allah SWT.
Hikmah yang dapat diambil
dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah
sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji,
pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan
dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di
samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
adalah:
Pertama, Hendaknya
kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih,
menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua,
lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah
dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus
dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na.
Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali
kepada kita sendiri.
ketiga,
adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar
membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan senantiasa terus berusaha
menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti
bujuk rayu syaithon, karena sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis
sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan
ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah
harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati
kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput
dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling
besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang
Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka
lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia,
dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam,
sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang
wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini
kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua,
para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan
kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah
mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang
sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha
kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi
kepentingan agama, bangsa dan negara amiin, demikian khutbah ini semoga ada
manfaatnya dan semoga kita diberi kesempatan untuk merayakannya pada idul adha tahun
1435 H. yang akan datang amiin. Terimakasih .
أعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
*) Adalah hakim
Pengadilan Agama Blitar Kelas I . A.