Minggu, 19 Januari 2014

MENYEBUT-NYEBUT SODAKOH

Oleh : Drs. H. Sudono Al-Qudsi,  M.H.

Mari  kita  perhatikan  juga  terjemahan  berikut ini  yang diuangkap dalam Alqu’ran yaitu :
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[168].
[167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.[168] Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
            Perkataan yang baik itu lebih baik , walau tanpa memberi sesuatu, dari pada memberi dengan menyakitkan hati yang diberi. Demikian juga memberi maaf kepada peminta-minta yang tidak jarang menyakitkan hati pemberi, apalagi kalau si peminta-minta mendesak atau merengek, juga lebih baik dari pada memberi tetapi disertai dengan mann dan adza . ini karena memberi dengan menyakiti hati, adalah aktivitas yang menggabung kebaikan dan keburukan, atau plus dan minus. Keburukan  atau minus yang dilakukan lebih banyak dari plus yang diraih, sehingga hasil akhirnya adalah minus. Karena itu ucapan yang baik lebih terpuji dari pada memberi dengan menyakitkan hati, karena yang pertama adalah plus  dan yang kedua adalah minus. Alloh Maha  Kaya, tidak butuh kepoada pemberian  siapapun. Dia juga tidak butuh kepada mereka yang menafkahkan hartanya untuk diberikan kepada siapapun makhlukNya . Dia juga tiodak menerima sedekah yang disertai dengan mann dan adza, karena Dia Maha Kaya, dan pada saat yang sama Dia Maha Penyantun, sehingga tidak segera menjatuhkan sanksi dan murkaNya kepada siapa yang durhaka kepadaNya.
Ayat 264 diatas dimulai dengan panggilan mesra, dan dilanjutkan dengan larangan, yakni jangan membatalkan ganjaran sedekah kamu, walaupun kata ganjaran tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Bahkan sebenarnya bukan hanya ganjaran yang hilang , tetapi juga sedekah yang merupakan modal pun hilang tidak berbekas, padahal modal itupun tadinya ada dan ganjarannya seharusnya ada, namun kini keduanya hilang lenyap. Padahal Alloh bermaksud  melipatgandakannya, tetapi kamu sendiri yang melakukan dengan meyebut-nyebut dan mengganggu perasaan si penerima  , karenanya kalau bersedekah jangan karena pamrih dan tidak beriman.

Disampaikan pada kuliah subuh Ramadhan 1434 H. di Masjid Al Mubarok Kaweron Talun Blitar.  Terimakasih. 
I N F A Q

Mari kita perhatikan ayat berikut ini  yang artinya :
261.  Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
262.    Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
           Ayat ini berpesan kepada yang berpunya  agar tidak merasa berat membantu, karena apa yang dinafkahkan  akan tumbuh berkembang dengan berlipat ganda. Dengan perumpamaan yang mengagumkan itu, sebagaimana difahami dari kata  @sW¨B/matsal : ayat ini mendorong manusia untuk berinfaq . bukankah jika ia menanam sebutir di tanah, tidak lama kemudian ia akan mendapatkan benih tumbuh berkembang sehingga  menjadi tumbuhan yang menumbuhkan buah yang sangat banyak ?  kalau tanah yang diciptakan Alloh  memberikan sebanyak itu, apakah engkau wahai manusia, ragu menanamkan hartamu  di tangan Alloh ? apakah  keyakinanmu kepada  tanah,  melebihi  keyakinanmu kepada pencipta tanah ?.
          Ayat ini menyebut angka  tujuh. Angka tersebut tidak harus difahami dalam arti angka yang diatas enam dan dibawah delapan , tetapi ia serupa dengan istilah seribu satu yang tidak berarti angka  dibawah 1002 dan diatas 1000. Angka ini dan itu berarti banyak. Bahkan pelipat gandaan itu tidak hanya tujuh ratus kali, tetapi lebih dari itu, karena Alloh terus menerus melipatgandakan lagi bagi siapa yang Dia kehendaki. Jangan menduga,  Alloh  tidak mampu memberi sebanyak mungkin . bagaimana mungkin  Dia tak mampu, bukankan Alloh Maha Luas AnugrahNya . Jangan juga menduga, Dia tidak tahu siapa yang bernafkah dengan tulus di jalan yang diridhoiNya, yakinlah bahwa Dia Maha Mengetahui.
Disampaikan pada kuliah subuh Ramadhan 143 H/2013 M di Masjid Al Mubarok Kaweron Talun Blitar.


4 HAL PENGHALANG IBADAH

Oleh : Drs. H. Sudono Al-Qudsi, MH.

        Setiap kegiatan yang kita lakukan sebenarnya dapat dicatat sebagai ibadah asalkan dimulai dengan niat yang baik, dilakukan dengan cara yang halal dan diakhiri dengan syukur. Dengan melakukan semua itu Insya Allah setiap kegiatan kita akan dicatat sebagai ibadah. Salah satu karya Imam Al-Ghazali yang paling terkenal ialah Kitab Minhajjul Abiddin. Suatu kitab yang membahas tentang tata cara beribadah dengan benar dan sempurna dalam Islam. Di dalam salah satu bab di kitab tersebut Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa ada 4 Hal Penghalang dalam kita melakukan ibadah. Penghalang-penghalang itu ialah :
            1. Karena Dunia,  Dunia beserta isinya bisa diibaratkan sebagai seorang wanita yang tua yang memakai perhiasan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, sehingga siapapun yang melihatnya pasti akan silau dengan perhiasan yang dipakainya. Sama halnya dengan dunia, dunia adalah mahluk Allah SWT. yang berusia sangat tua namun dipenuhi dengan hiasan-hiasan semu seperti harta, tahta, kekuasaan, kesenangan dunia dan lain sebagainya. Jadikan dunia dan seisinya sebagai alat bantu kita untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah SWT. dan jangan sampai kecintaan pada dunia yang berlebihan menjadikan penghalang kita untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. yang menggunakan benda itu yang tidak bisa menggunakannya untuk ibadah. Kita sedang di kantor, sedang bekerja, rapat, atau yang lainnya, kita sedang mencuci mobil, mencuci motor, sedang mengurus ini mengurus itu, tetapi ketika itu terdengar suara adzan tapi kita tidak segera meninggalkan pekerjaan tersebut untuk melaksanakan ibadah.
             2. Karena Mahluk , Mahluk disini adalah dikhususkan pada manusia, dimana  manusia juga dapat menghalang-halangi ibadah kita terhadap Allah SWT. Mungkin dapat dicontohkan dengan seorang teman yang tanpa kita sadari mengajak kita pada perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Maka dari itu sebaiknya kita dapat memilih teman yang memang benar-benar baik dalam arti kata dapat mengajak kita pada perbuatan baik yang di ridhai oleh Allah SWT. Sesama manusia (istri, suami, orang tua, mertua, anak, saudara, teman, majikan dan lain sebagainya). Kalau kita belum bisa mengalahkan mereka hanya untuk beribadah kepada Alloh maka kita belum bisa melaksanakan kewajiban kita sebagai manusia yaitu beribadah.
            3. Karena Setan,  Setan adalah mahluk Alllah SWT mulai dari penciptaannya yang sudah akan selalu menjadi penghalang kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Seperti diketahui, setan akan selalu berusaha denga segala cara dari berbagai arah mata angin akan selalu berusaha mengganggu kita dalam menjalankan ibadah kepada Allah, melupakan akan Allah dan pada akhirnya akan membuat kita menjadi "partner" para setan nantinya di neraka. Naudzubillah Min Dzaliik.
             4. Karena Hawa Nafsu,  Hawa nafsu diri sendiri , sebenarnya merupakan salah satu tanda-tanda kesempurnaan manusia dari Allah SWT. karena hanya manusia yang diberi hawa nafsu oleh Allah SWT. dan akan dapat berubah menjadi baik apabila kita dapat mengarahkannya dengan benar. Namun karena hawa nafsu itu ada di setiap diri kita dan tidak dapat dipisahkan dari kita, maka sebenarnya hawa nafsu ini merupakan godaan terbesar kita dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. Sebenarnya ada beberapa tingkatan nafsu:
                     (a). Nafsu Ammara' ialah nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.    
                     ( b) Nafsu Lawwamalah ialah nafsu yang sudah mulai untuk dapat dikendalikan
                     (c). Nafsu Mulhamah ialah nafsu yang mengilhami diri kita sendiri untuk mau menyalahkan diri sendiri karena kita melakukan sesuatu yang salah
                     (d). Nafsu Muthmainnah ialah nafsu yang selalu ada di bawah pengendalian kita dan ahlaq Allah, sehingga kita dapat memiliki ahlaq terbaik.
                     Sedangkan menurut kitab Ad Durunnafis karya Syeh M. Nafis bin Idris Al Banjari , bahwa penghalang lainnya adalah: (1) Kasal (malas), (2) Futur (bimbang/lemah pendirian), (3) Malal  ( pemborosan ).
                     Demikian tulisan ini semoga ada manfaatnya , terimakasih .