MENYEBUT-NYEBUT SODAKOH
Oleh :
Drs. H. Sudono Al-Qudsi, M.H.
Mari kita perhatikan
juga terjemahan berikut ini
yang diuangkap dalam Alqu’ran yaitu :
263.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha
Kaya lagi Maha Penyantun.
264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan
orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir[168].
[167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak
dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku
yang kurang sopan dari si penerima.[168] Mereka ini tidak mendapat manfaat di
dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
Perkataan yang baik itu lebih
baik , walau tanpa memberi sesuatu, dari pada memberi dengan menyakitkan hati
yang diberi. Demikian juga memberi maaf kepada peminta-minta yang tidak jarang
menyakitkan hati pemberi, apalagi kalau si peminta-minta mendesak atau
merengek, juga lebih baik dari pada memberi tetapi disertai dengan mann dan
adza . ini karena memberi dengan menyakiti hati, adalah aktivitas yang
menggabung kebaikan dan keburukan, atau plus dan minus. Keburukan atau minus yang dilakukan lebih banyak dari
plus yang diraih, sehingga hasil akhirnya adalah minus. Karena itu ucapan yang
baik lebih terpuji dari pada memberi dengan menyakitkan hati, karena yang
pertama adalah plus dan yang kedua adalah
minus. Alloh Maha Kaya, tidak butuh
kepoada pemberian siapapun. Dia juga
tidak butuh kepada mereka yang menafkahkan hartanya untuk diberikan kepada
siapapun makhlukNya . Dia juga tiodak menerima sedekah yang disertai dengan mann
dan adza, karena Dia Maha Kaya, dan pada saat yang sama Dia Maha Penyantun,
sehingga tidak segera menjatuhkan sanksi dan murkaNya kepada siapa yang durhaka
kepadaNya.
Ayat 264
diatas dimulai dengan panggilan mesra, dan dilanjutkan dengan larangan, yakni
jangan membatalkan ganjaran sedekah kamu, walaupun kata ganjaran tidak
disebutkan dalam ayat tersebut. Bahkan sebenarnya bukan hanya ganjaran yang
hilang , tetapi juga sedekah yang merupakan modal pun hilang tidak berbekas,
padahal modal itupun tadinya ada dan ganjarannya seharusnya ada, namun kini
keduanya hilang lenyap. Padahal Alloh bermaksud
melipatgandakannya, tetapi kamu sendiri yang melakukan dengan
meyebut-nyebut dan mengganggu perasaan si penerima , karenanya kalau bersedekah jangan karena
pamrih dan tidak beriman.
Disampaikan
pada kuliah subuh Ramadhan 1434 H. di Masjid Al Mubarok Kaweron Talun
Blitar. Terimakasih.