MEMPERSIAPKAN MENTAL
ANAK PASCA PERCERAIAN
ORANG
TUANYA
AlQur’an surat Al Baqarah ayat 229 memberikan solusi tentang
perceraian dengan menyatakan : talak ( yang dapat dirujuki ) dua kali. Setelah
itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan yang
baik ( Faimsaahun bi ma’ruuf au
tasriihun bi ihsaan ) , di ayat lain
menyatakan : pergauilah istrimu dengan muasyarah bil ma’ruf , artinya rukunlah
yang baik dan jika terjadi perceraian, cerailah yang baik. Artinya kalau dulu
bertemu dengan baik maka berpisahnya
dengan cara yang baik pula. Akan tetapi perjalanan rumah tangga tak
semudah yang dibayangkan , ada saja terjadi konflik, perselisihan, pertengkaran
yang terkadang dapat diselesaikan dalam intern keluarga itu sendiri dan bila
perla perlu diselesaikan antar keluarga masing-masing.
Bila tak dapat diselesaikan ,
maka jalan terakhirnya adalah melalui perceraian dan bila dalam perkawinan
telah dikaruniai anak , tentu akan berdampak pada perkembangan mental maupun
pisyk anak-anaknya mereka. Dengan kata lain anaklah yang akan menjadi korban
pertama yang merasakan dampak perceraian kedua orang tuanya. Sehingga dalam
menghadapi perceraian orang tuanya maupun pasca perceraian , anak-anak perlu
dipersiapkan mentalnya agar tidak terjadi perubahan drastic pasca perceraian orang tuanya. Berikut ada
tips-tips yang harus dipersiapkan bagi orang tua terhadap anak-anaknya yang
menurut Dr. Seto Mulyadi ( psykolog anak ) menyatakan bahwa : perceraian orang
tua pasti membawa dampak pada anak-anaknya. Namun baik buruknya dampak yang
ditimbulkan dan cepat tidaknya anak mengatasi perasaan yang timbul akibat
perceraian orang tuanya sangat tergantung pada kwalitas komunikasi.
Dari beberapa saran yang
sebaiknya dilakukan orang tua agar anak sukses beradaptasi, jika perceraian
terpaksa dilakukan adalah :
a.
Begitu
perceraian sudah menjadi rencana orang tua, segeralah memberi tahu anak bahwa
nanti akan terjadi perubahan dalam hidupnya, bahwa nanti anak tidak lagi tinggal bersama ayah dan ibu, tapi hanya dengan salah
satunya.
b.
Sebelum
berpisah ajaklah anak untuk melihat tempat tinggal yang baru ( jika harus
pindah rumah ). Kalau anak akan tinggal bersama kakek dan nenek, maka kunjungan
ke kakek dan nenek mulai dipersering. Kalau ayah/ibu keluar dari rumah dan
tinggal sendiri, anak juga bisa mulai diajak untuk melihat cal;on rumah baru
ayah/ibunya.
c.
Diluar
perubahan yang terjadi karena perceraian , usahakan agar sisi-sisi lain dan
kegiatan rutin sehari-hari si anak tidak berubah. Imsalnya, tetap mengantar
anak ke sekolah atau mengajak pergi jalan-jalan.
d.
Jelaskan
kepada anak tentang perceraian tersebut, jangan menganggap anak sebagai anak
kecil yang tidak tahu apa-apa, jelaskan dengan menggunakan bahasa sederhana.
Penjelasan ini mungkin perlu diulang ketika anak bertambah besar/dewasa.
e.
Jelaskan
kepada anak bahwa perceraian yang terjadi bukan salah si anak.
f.
Anak perlu
selalu diyakinkan bahwa sekalipun orang tua bercerai tapi mereka tetap
mencintai anak. Ini sangat penting dilakukan terutrama dari orang tua yang
pergi, dengan cara : berkunjung, menelpon, mengirim surat atau kartu, SMS ,
buatlah si anak tahu bahwa dirinya selalu di ingat dan ada dihati orang tuanya.
g.
Orang tua yang
pergi,, meyakinkan anak kalau ia menyetujui anak tinggal dengan orang tuanya
yang tinggal bersama anaknya , dan menyemangati anak agar menyukai tinggal
bersama orang tuanya itu.
h.
Orang tua yang
tinggal bersama anak, memperbolehkan anak bertemu dengan orang tua yang pergi,
meyakinkan anak bahwa dia menyetujui pertemuan tersebut dan menyemangati anak untuk
menyukai pertemuan tersebut.
i.
Kedua orang
tua, merancang pertemuan rutin, pasti, terpredeksi dan konsisten antara anak
dan orang tua yang pergi. Kalau anak
sudah mulai beradaptasi dengan perceraian, jadwal pertemuan bisa dibuat dengan
fleksibel.
j.
Tidak saling
mengkritik atau menjelekkan salah satu pihak orang tua di depan anak.
k.
Tidak
menempatkan anak ditengah-tengah konflik . misalnya dengan menjadikan anak
sebagai pembawa pesan antar kedua orang tuanya, menyuruh anak berbohong kepada
salah satu orang tua, menyuruh anak untuk memihak pada satu orang tua saja.
Anak menyayangi kedua orang tuanya. Menempatkannya ditengah konflik akan
membuatnya bingung, cemas dan mengalami konflik kesetiaan.
l.
Tidak
menjadikan anak sebagai senjata untuk menekan pihak lain demi membela dan
mempertahankan diri sendiri. Misalnya, mengancam pihak yang pergi untuk tidak
boleh lagi bertemu dengan anak kalau tidak memberikan tunjangan, atau tidak
diperbolehkan untuk bertemu dengan anak supaya pihak yang pergi merasa sakit
hati, sebagai usaha membalas dendam.
m.
Tetap mengasuh
anak bersama-sama dengan mengesampingkan perselisihan.
n.
Memperkenankan
anak untuk mengekpresikan emosinya, beresponlah terhadap emosi anak denmgan
kasih saying, bukan dengan kemarahan dan celaan. Anak mungkin bingung dan
bertanya, jawablah pertanyaan tersebut baik-baik, dan bukan mengatakan “ anak
kecil mau tahu saja urusan ayah ibu “.
Dari uraian diatas terlihat
jelas betapa pentingnya kerjasama orang tua agar anak dapat beradaptasi dengan sukses dan betapa penting arti
keberadaan orang tua bagi anak, saran-saran diatas bukanlah hal yang mudah dilakukan, apalagi jika
perceraian diakhiri dengan perselisihan, ketegangan dan kebencian satu sama
lain. Kalau perceraian memang tak
terhindari lagi, maka mari membuat perceraian tersebut menjadi perceraian yang
tidak merugikan anak. Anak-anak sangat membutuhkan cinta dari kedua dan menginginkan keduanya menjadi bagian
dalam hidup mereka.
Perhatian berupa materi memang
perlu, namun itu saja sangat tidak memadai untuk membuat anak mampu beradaptasi
dengan baik. Jangan lagi menjadikan negeri ini semakin carut marut dengan
membiarkan anak-anak kita yang tidak berdosa menjadi terlantar. Ayah dan ibunya
yang tak peduli lagi terhadap masa depan anak-anaknya dengan menuruti egonya
masing-masing membuat anak tak tentu arah masa depannya, menjadi peminta-minta
di lampu-lampu merah, perempatan jalan, siapa itu ? mereka antara lain adalah
korban ke egoisan dan perceraian kedua orang tuanya.
Atau orang tua sebaiknya mencari informasi
terlebih dahulu kepada ahlinya untuk mengetahui dampak buruk pasca perceraian , mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang mungkin lebih
buruk lagi dari pasangan pertamanya dan
dari beberapa kasus ternyata ada pasangan yang beberapa bulan bercerai , lalu
menikah lagi dengan pasangan barunya dan tidak lama kemudian mengajukan
perceraian lagi dengan suami keduanya karena dirasa suami yang kedua lebih
buruk lagi dan masih mendingan suaminya yang pertama . demikian seterusnya
dengan suami yang ketiga …dalam hal ini seakan istri menjadi piala
bergilir.
Allah mengingatkan “ Wa an takrahu syai’an fahuwa khairrul
lakum, Wa an tuhibbu syai’an fahuwa sarrul lakum “boleh jadi apa yang kamu
benci itu akan membawa kebaikan bagimu dan boleh jadi apa yang kamu senangi
menjadi mala petaka bagimu . Allah
telah memilihkan pasangan
( sebagai suami
istri ) dan pula dikaruniai anak
tetapi banyak yang tidak mensyukurinya .
Tips-tips diatas agar dibaca
terutama pasangan suami istri yang masih labil dan rentan terhadap perceraian ,
semoga tulisan singkat ini berguna bagi
kita semua amiin.