Senin, 24 Oktober 2016




ABDULLAH IBNU UMAR SOSOK SI KECIL CERDAS
( Jawaban atas Pertanyaan Rasulullah )
 Oleh : Sudono Al-Qudsi

   Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim Rahimahumallahu Ta’ala dalam buku Membentuk Kepribadian Muslim Ideal menurut al-Qur’an dan as-Sunnah tulisan Dr ‘Ali Hasyimi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan pertanyaan kepada para sahabat, “Sebutkan sebuah pohon yang dapat diumpamakan seperti seorang Muslim? Ia berbuah setiap saat sesuai kehendak Tuhannya dan tidak mudah jatuh daunnya?”
    Di majlis yang mulia itu, semua sahabat terdiam. Tidak ada yang bisa menyampaikan jawaban atas pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mulia. Pun dengan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq dan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhuma. Keduanya diam. Sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan jawabannya. Setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan jawaban, para sahabat pulang ke kediamannya masing-masing.
         Dalam perjalanan pulang, Sayyidina ‘Umar bin Khaththab berjalan bersama buah hati kebanggaannya, ‘Abdullah bin ‘Umar. Sang anak shalih ini bertutur, “Ayah, sebenarnya aku telah menduga bahwa jawabannya adalah pohon kurma.” “Mengapa engkau tidak menyampaikan jawaban itu kepada Rasulullah, wahai anakku?” tutur sang ayah. “Jika (tadi) engkau menyampaikan jawabannya, hal itu lebih aku sukai melebihi ini dan ini.” pungkas sang ayah. “Tidak ada yang menghalangi aku untuk menyampaikan jawaban atas pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,” ujar sang anak, “kecuali karena aku melihat engkau dan Abu Bakar ash-Shiddiq tidak berkata satu kata pun. Aku sungkan.”
      Sayyidina ‘Abdullah anak ‘Umar telah memberikan teladan yang sangat indah kepada kita. Beliau urung menyampaikan jawaban atas pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lantaran rasa hormatnya kepada Sayyidina ‘Abu Bakar ash-Shiidiq dan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab, ayahnya. Padahal, ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma mengetahui jawabannya. Ia telah membuat perkiraan jawaban. Dan perkiraan itu tepat, sebagaimana jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
         Kisah ini, seharusnya membuat kita merenung. Apalagi, banyak kaum Muslimin baru belajar yang sok tahu dan sok menyalahkan para ulama yang belajar lebih dahulu dengan guru yang lebih ‘alim serta faqih dalam urusan agama. Berkacalah pada laki-laki ini. Ia mengetahui jawaban atas pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tapi memilih diam karena di sana terdapat Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab.
 Demikian semoga ada manfaatnya tulisan sederhana ini. Termakasih


Minggu, 23 Oktober 2016




TERGELINCIR

Oleh  :  Sudono Al-Qudsi


        Nu’man bin Tsabit atau yang biasa dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah  pernah berjalan berlawanan arah dengan seorang budak kecil yang berjalan mengenakan terompet kayu.
Sang imam berkata “ hati-hati nak dengan terompet kayumu, jangan sampai kamu tergelincir. Budak inipun tersenyum dan mengucapkan terimakash atas perhatian sang Imam Abu Hanifah.
Bolehkan saya tahu namamu tuan ?  tanya si budak kecil tadi. Nu’man namaku,  jawab sang imam tadi  , oh jadi, tuankah yang selama ini terkenal dengan gelar Al Iman, Al A’dhom ( imam agung itu ? ) Tanya si budak.
Bukan  aku yang memberi gelar itu,  masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku,  jawab si imam.
        Wahai Imam berhati-hatilah dengan gelarmu, jangan sampai tuan tergelincir  ke neraka karena gelar itu. Terompah kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia ini , tetapi gelarmu itu dapat menjerumuskan kamu ke dalam api yang kekal  JIKA KESOMBONGAN DAN KEANGKUHAN menyertainya…
Ulama besar yang di ikuti banyak ummat itupun tersungkur menangis menerima nasehat “ tajam” dari seorang budak kecil. Imam Abu  Hanifah bersyukur , siapa sangka peringatan yang begitu dalam maknanya , justru datang dari lidah seorang anak kecil.
Betapa banyak manusia yang tertipu karena PANGKAT, tertipu karena KEDUDUKAN, tertipu karena GELAR,  atau TITEL,  tertipu karena POSISI yang dimuliakan , tertipu karena STATUS SOSIAL, tertipu karena sebutan  gelar haji/hajjah, ustadz, al fadlil, syeh, doctor dan sebagainya.
         Marilah kita berhati-hati dan terus saling mengingatkan agar jangan sampai  kita tergelincir. Jangan sampai kita menjadi angkuh dan sombong karena gelar, pangkat, status social dan kebesaran di dunia .
Andaikan sepasang tangan yang  menarik  kita tatkala terjatuh lebih kita butuhkan dari seribu tangan  yang menyambut kita tatkala tiba di puncak kejayaan.
Mari kita hubungi sahabat-sahabat kita …. Karena sahabat yang baik adalah pelita di kegelapan .. kadang cahayanya  baru terasa  ketika dunia terasa gelap.
Ketahuilah Tdak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya sebesar biji sawi (HR Muslim ).
Undur ma qol wala tandur manqol ( perhatikan apa yang diucapkan dan jangan memandang siapa yang berbicara ).
       Demikian semoga tulisan ini  bermanfaat.


Sabtu, 01 Oktober 2016



SEKELOMPOK GENERASI YANG LEMAH

Oleh : Sudono AlQudsi

Khutbah jum’at 30 September 2016 Masjid Al Mubarok Kaweron Talun Blitar 

Alloh SWT berfirman dalam QS An Nisa ayat 9 , yang artinya : dan hendaklah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir  terhadap kesejahteraan mereka , hendaklah mereka takut, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh dan hendaklah mereka mengucapan perkataan  yang benar lagi tepat.

Menurut para pakar ahli tafsir , seperti  Atthobari,  Fakhruddin Arrozi , Al Qurtubi,  dll. Ayat ini ditujukan kepada :

1.      Orang-orang yang berada di sekeliling orang yang sakit dan diduga segera akan meninggal.  
2.      Ibnu Kasir : ditujukan kepada wali-wali anak yatim agar memperlakukannya seperti anak sendiri.
3.      Muhammad At thontowi, ditjukan keppada semua pihak, siapapun, karena semua diperintahkan untuk berlaku adil , berucap yang benar dan tepat.

Kata : syadidan , bukan sekedar benar tetapi berarti tepat sasaran. Jadi kalau menghadapi mereka (anak yatim) harus peka. Membutuhkan perlakuan yang lebih hati-hati dan kalimat-kalimat yang lebih terpilih, bukan saja  kandungannya benar, tetapi juga tepat. Sehingga kalau memberi informasi atau menegur jangan sampai menimbulkan kekeruhan dalam hati mereka , tetapi teguran yang disampaikan kepadanya meluruskan kesalahan sekaligus membina mereka.

Menurut para pakar : terjadinya sebagian masyarakat muslim Indonesia saat ini mudah tergiur dan hanyut dalam buaian angan-angan. Seperti, modus penggandaan uang, ingin cepat cepat kaya tanpa kerja, yang baru-baru ini rame di mass media , mendadak terkenal yaitu Taat Pribadi/Dimas kanjeng – dengan padepokannya  dan banyak pengikutnya  : karena :

1.      Dho’ful iman,  2. Dho’ful ilmi,  3. Dho’ful ihtisab,  4. Dho’ful jihad,  5.dho’ful khuluq,  dan 6. Dho’fun Nidhom wal ijtima’.
2.      Dan ternyata sudah digambarkan oleh Alloh dalam surat an nisa ayat 9 diatas yaitu DURRIYATAN DHIAFAN KHOFUU ALAIHIM .


 Demikian tulisan singkat ini semoga ada manfaatnya, sekaligus menyambut tahun baru 1438 H semoga panjang umur, sehat dan penuh berkah amiin.terimakasih.