Sabtu, 31 Agustus 2013

              Materi khutbah Idul Adha tahun 2009 di masjid Baitul Muttaqin Banyuwangi

 POTRET KELUARGA IDEAL DALAM PENTAS HAJI
Oleh :   Drs. Sudono Al-Qudsi ,   M.H


Ummat Islam mengetahui bahwa ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan sekali seumur hidup bagi orang yang mampu, dan Allah menetapkan hari ke sepuluh bulan Dzulhijjah sebagai hari raya haji atau Idul Adha atau hari raya qurban, bagi seluruh ummat Islam. Bahkan menurut Dr.Wahbah Az Zuhaili dalam kitab AlFiqhul Islami Wa Adillatuhu menyebutkan bahwa Ibadah haji termasuk ibadah murakkabah yaitu paduan antara ibadah maliyah makhdhoh dan ibadah badaniyah makhdhoh, dimana didalam ibadah haji diperlukan pengorbanan harta untuk ongkos naik haji ( ONH ), disamping seluruh badan kita mulai dari ihrom sampai tahalul semuanya bergerak dan tenagapun terkuras demi panggilan Allah SWT.
Dalam ibadah haji hampir semua langkah yang dilaksanakan oleh orang yang berhaji merupakan simbul dan sejarah dan seakan-akan   melakukan   napak tilas  ( rekonstruksi / peragaan ulang ) terhadap kejadian-kejadian besar yang di alami Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail  dalam menegakkan agama Allah, ketiganya merupakan sebuah  figure keluarga ideal dalam pentas haji yang patut di jadikan teladan bagi ummat Islam dimana saja berada dimasa kini maupun masa  mendatang , selalu relevan bagi siapa saja yang ingin membingkai ulang       ( reframing ) bagi kehidupan berkeluarga.
Kisah para Nabi dalam Al Qur’an dengan keluarga atau bersama ummatnya merupakan sejarah yang penuturannya menyampaikan pesan-pesan moral untuk dikaji dan dijadikan pedoman hidup bagi ummat masa kini dan masa mendatang. Dalam surat yusuf ayat 111 difirmankan, yang artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka  itu terdapat pengajaran bagi orang –orang yang mempunyai akal”. Dengan demikian menurut ayat ini suatu kisah / sejarah para Nabi dapat berfungsi efektif sebagai pembawa pesan moral atau pengajaran hidup, hanya bagi mereka yang mempunyai nalar atau mau menggunakan nalarnya menangkap pesan-pesan yang yang tersurat maupun tersirat didalamnya. Sekian banyak ayat-ayat Allah yang memperingatkan kepada ummatNya dengan menggunakan ungkapan “ ulil albab , ulil abshor, dan lain sebagainya, karena hanya manusia beriman yang mampu mencapai derajat tersebut.
Khusus tentang keluarga nabi Ibrahim perjalanan hidupnya tidak hanya tertutur dalam ayat-ayat AlQur’an semata, tetapi tergambarkan dalam amalan ibadah haji. Dapat dikatakan bahwa sejarah hidup keluarga nabi Ibrahim diungkap dalam   bentuk  narasi yang pertama kalinya disampaikan  secara oral      ( saat diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW.) yang kemudian terekam dalam hafalan para sahabat dan sebagai upaya pelestariannya pada masa kholifah Abu Bakar atas inisiatif Umar Bin Khoththob dikolektifkan dalam bentuk tulisan yang pada akhirnya sekarang ini tersusun dalam mashaf AlQur’an Utsmani, disamping penghafalannya masih berlangsung hingga kini, juga dimonumentasikan dalam bentuk semacam “Opera” yang ujudnya adalah amalan ibadah haji.
Amalan haji disamping merupakan salah satu bentuk ibadah makhdhoh juga merupakan  rekontruksi atau peragaan ulang dari yang pernah terjadi dan dialami oleh keluarga Ibrahim, sehingga diabadikan dalam bentuk amalan ibadah haji yang masih dan terus berlangsung hingga kini bahkan jutaan ummat Islam sedunia melaksanakan amalan ibadah haji setiap tahunnya.  Peragaan ini tentu mempunyai maksud-maksud khusus. Ka’bah, Sa’i antara shofa dan Marwah, sumur zam-zam pelemparan jumroh,, penyembelihan binatang ternak  dan lainnya seperti mencukur/memendekkan rambut, seolah-olah melakukan napak tilas terhadap kejadian-kejadian besar yang di alami keluarga nabi Ibrahim dalam menegakkan agama Allah.
Semua simbul diatas patut direnungkan oleh orang yang berhaji maupun yang tidak. Oleh karena itu berikut ini satu saja yang akan penulis uraikan dari sekian banyak simbul dari amalan ibadah haji yaitu Pelemparan batu ( jumroh ).
Bahwa salah satu amalan ibadah haji adalah pelemparan batu, pekerjaan ini mengingatkan kita akan kejadian yang di alami nabi Ibrahim ketika melempari iblis sehingga mata kirinya buta. Hal ini dilakukan karena sang iblis menggoda keluarga nabi Ibrahim menghalangi mereka dalam melaksanakan perintah Allah yakni penyembelihan Ismail. Untuk menanggalkan rencana penyembelihan yang merupakan perintah Allah itu, pertama kali iblis mendatangi Ibrahim sebagai pemeran utama yaitu kepala keluarga.Kata iblis : “Apakah engkau tidak melihat ketegapan anakmu, ke elokan paras dan ketegapan berjalannya yang pantas” ?  Ya itu aku tahu, tapi ini perintah Allah yang harus aku laksanakan, tegas Ibrahim. Keteguhan dan ketegaran Ibrahim dapat menepis godaan iblis.
Gagal menggoda Ibrahim, iblis berupaya memanfaatkan kelembutan dan kasih sayang keibuan Siti Hajar supaya menghalangi maksud suaminya. “ Hajar, bagaimana engkau berpangku tangan, sementara suamimu Ibrahim membawa anakmu dengan pedang dan tali di tangannya” ? kata iblis lembut dengan penuh iba dan harapan rasa keibuannya tersentuh, maksudmu ? tanya Hajar : Apa ada seorang ayah yang tega membunuh anaknya ? “ Katanya itu perintah Tuhannya saut iblis”. Kalau itu memang perintah Tuhan, jangankan nyawa anakku, nyawa akupun siap ku korbankan, begitu sanggah Siti hajar dengan mantab. Rencana Ibrahim sebagai suami dan kepala rumah tangga dalam merealisasikan perintah Allah bukannya dihalangi tapi bahkan didukungnya dengan penuh keikhlasan.
Iblis mencoba menggoda Ismail, “ Ismail, nampaknya engkau senang betul diajak ayahmu berjalan”. Tidakkah engkau lihat ia membawa tali dan pedang untuk menyembelihmu “, Kenapa pula ayah menyembelihku ? Tanya Ismail. Katanya itu perintah Tuhan, jawab iblis”. Kalau itu memang perintah Tuhan aku siap untuk itu, tegas Ismail “. Pada saat iblis mencoba berkata lagi, Ismail mengambil batu kerikil lalu membidikkannya ke mata kiri iblis hingga buta. Maka kandaslah makar iblis dalam menggagalkan rencara keluarga Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah, ia pergi dengan putus asa.
Dari adegan tadi, nampak adanya keserasian sikap keagamaan Ibrahim sebagai kepala keluarga,  Siti hajar sebagai mitranya dan Ismail selaku anak yang sholih. Hal-hal semacam inilah yang patut di teladani dan ditanamkan dalam sebuah keluarga muslim. Kesadaran beragama yang tuntas harus dimiliki oleh setiap anggota keluarga baik sebagai istri, anak, lebih-lebih sebagai kepala keluarga yang merupakan nahkoda yang akan mengarahkan tujuan hidupnya.
Sikap keagamaan seorang suami bisa dipengaruhi oleh karakter  dan sikap istrinya dan sebaliknya, sebagaimana sikap anak dapat mempengaruhi tingkah laku hidup orang tuanya, seperti sebaliknya. Keberadaan seorang istri dengan kadar keimanannya yang mantab dapat membawa pengaruh yang positif terhadap suaminya dalam melaksanakan perintah Allah dan mencegah dari hal-hal yang dilarangNya.
Suatu ketika bisa terjadi sebaliknya, rencana suami dalam melaksanakan perintah Allah untuk melaksanakan ibadah haji misalnya, menyembelih hewan qurban, menginfaqkan harta untuk kepentingan Islam, memberikan santunan kepada mereka yang membutuhkan, bisa gagal karena tidak didukung  oleh istrinya. Tuntutan ekonomi  istri diluar batas kemampuan suami , dapat menyebabkan suami melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan agama ( korupsi, kolusi, penggelapan uang ) dan lainnya .  Istri tidak hanya sebagai pendamping hidup suami, tetapi punya fungsi social control  bagi suami jika suami melakukan perbuatan salah.
Potensi ketaatan seorang istri terhadap perintah-perintah Allah, mati karena tercemar oleh karakter dan sikap suami yang dangkal pengetahuan dan wawasan keagamaannya, lebih-lebih bila berbeda agamanya. Begitu pula terkadang tuntutan-tuntutan anak yang cenderung konsumtif dapat lebih diprioritaskan pada saat orang tua dihadapkan juga pada tuntutan-tuntutan agama, karena kecintaan mereka kepada anaknya yang menurut pandangan syari’at Islam tidak proporsional. Seperti halnya potensi keagamaan seorang anak dapat menjadi terkendala perkembangannya lantaran sikap dan tingkah laku orang tuanya dirumah yang merupakan contoh yang paling efektif bagi anak,  ternyata suami tidak dapat menjadi contoh yang baik bagi keluarganya.
Mengantisipasi kejadian-kejadian diatas, Allah mengingatkan melalui FirmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, Sungguh diantara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka waspadalah”. (QS.At Taghobun ayat 14 ). Memberikan tafsiran pada ayat tersebut, Ahmad Musthofa Al Maraghi menjelaskan bahwa, diantara istri-istri dan anak-anak itu ada yang menjadi musuh bagi suami/ayahnya dalam pengertian bahwa mereka dapat menghalangi suami/ayahnya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, mendorong untuk berbuat keharaman dan dosa demi memenuhi tuntutan mereka. Diriwayatkan bahwa Rasululloh SAW. Telah memprediksi hal itu dengan sabdanya  “ Akan datang suatu zaman yang saat itu seorang laki-laki binasa karena ulah istrinya dan anaknya. Ia dicaci oleh istri dan anaknya karena tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sehingga terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela, maka binasalah ia”.
Diantara penyebab terjadinya kerusakan pada sebuah keluarga adalah berperannya setan atau iblis, sebagaimana pernah dialami keluarga nabi Ibrahim . Hanya saja keluarga Ibrahim mampu bertahan dan dapat menghalau iblis. Mengingat begitu gigihnya sang iblis dalam merusak kehidupan rumah tangga supaya para anggotanya menentang hukum-hukum Allah, maka dalam sebuah rumag tangga diperlukan adanya apa yang disebut “Ketahanan Rumah Tangga”. Agar tetap menjadi keluarga yang ideal . dalam bahasa lain dikatakan menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah  (  Q.S.  Ar rum ayat 21 ).
Ketahanan rumah tangga yaitu suatu kehidupan rumah tangga yang dinamis, dapat menangkal segala sesuatu yang menyebabkan kehidupan rumah tangga tidak serasi dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam suatu rumah tangga akan terwujud suatu ketahanan rumah tangga apabila ditata dengan pola-pola yang terencana, yang diantaranya paling tidak sebagai berikut :
1.      Sebuah keluarga merupakan organisasi kecil yang para anggotanya dituntut untuk mau bekerjasama dalam mencapai tujuan hidup, yaitu terpenuhinya kebutuhan hidup di dunia ini maupun tujuan jangka panjang, yaitu tercapainya suatu kehidupan yang menyenangkan di akhirat kelak, dan ini yang paling utama. Setiap anggota keluarga tidak mengajukan tuntutan diluar kemampuan yang ada , yang menyebabkan anggota keluarga yang lain melakukan hal-hal yang dilarang agama.
2.      Dalam sebuah keluarga kedudukan seorang suami/ ayah adalah sebagai pemimpin dan Pembina keluarga. Ia tidak hanya sebagai penanggungjawab ekonomi yang harus menjamin kebutuhan ekonomi semata, lebih dari itu ia sebagai penanggungjawab atas keselamatan anggotanya di kehidupan akhirat kelak. Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS.At Tahrim ayat 6 ). Seorang suami/ayah harus membuat perencanaan yang matang, dalam arti mencanangkan suatu program  khusus yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan , terciptanya kehidupan yang serasi dengan ajaran-ajaran agama, mengarahkan dan menggerakkan para anggotanya kearah tersebut sambil tak bosan-bosannya mengawasi dan mengevaluasinya. Mengarahkan dan menggerakkan disini tentunya tidak cukup hanya  dengan perintah atau anjuran, tetapi akan lebih efektif dengan contoh kongrit, yaitu tingkah lakunya sendiri. Pengawasan dan evaluasi diperlukan mengingat tantangan-tantangan yang dihadapi dewasa ini makin berat. Berhasil tidaknya membina keluarga, ia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Rasululloh SAW. Bersabda :”Seorang laki-laki/suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia nanti akan dimintai pertanggungjawabannya tentang bagaimana ia memimpin keluarganya tersebut.
3.      Setiap anggota keluarga dengan tak mengenal bosan mau membina keimanannya dengan senantiasa meningkatkan wawasan keagamaannya, mengkaji, memperdalam pengetahuan agama melalui media-media yang ada, baik majlis-majlis taklim, kelompok studi maupun mendatangkan guru privat.
4.      Setiap anggota keluarga senantiasa mau mengevaluasi diri , menerima kritik dan saling menghargai, saling  menghormati , mengakui adanya kekurangan dan kelebihan masing agar tercipta suasana agamis dalam rumah tangganya.
Dengan upaya-upaya diatas diharapkan sebuah keluarga/rumah tangga dapat berjalan serasi dengan norma agama, mampu menangkal segala gangguan dari luar.
Itulah sebuah potret keluarga ideal yang terekpresikan dalam bagian dari amalan-amalan ibadah haji. Banyak tentunya pesan-pesan   Ilahiyah yang lain yang dapat disadap dan dikaji dari rangkaian amalan ibadah haji, kemudian kita jadikan acuan dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Demikian tulisan ini semoga ada guna dan manfaatnya amiin.

                                                                 Banyuwangi , tahun  2009
                                                                         P e n u l i s

                                                                 Drs.  Sudono Al-Qudsi ,   M.H.



    



Jumat, 30 Agustus 2013

Materi  Khutbah Idul Fitri 1434 H/2013 M. di masjid Al mubarok Kaweron Talun Blitar  Kamis 08 Agustus 2013.
Oleh : Drs. H. Sudono Al-Qudsi,  M.H.

ZAMAN INI SUDAH BERAKHIR 

                                                  x 9الله اكبر الله اكبر الله اكبر
لااله إلاالله والله اكبر, الله اكبر ولله الحمد. الله اكبر كبيرا والحد لله كثيرا وسـبحـن الله بكرة واصيلا لااله إلا لله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون, ولوكره منافقون, ولوكره كافرون. لا اله إلا الله صدق وعده ونصرعـبده واعز جنده وهزم الأحـزاب وحده.
  لا إله إلا الله والله اكـبـر. الله اكبر ولله الحمد.
الحمد لله, الحمد لله الذي امرنا بالصيام كما امر على الذين من قبلنا لعلنا من المتقين.
اشهد ان لا اله إلا الله وحده لا شريـك له الحق المبـين.   واشهد ان محمداعـبده ورسوله صادق الوعـد الاميـن.
اللهم فصل وسلم وبارك على هذالنـبي الكريم وعلى أله واصحابه ومن تبعه الى يوم الدين. اما بعده............. فـياايهاالحضرون. اتقوالله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون. قال الله تعالى فى القرآن الكريم. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم.  بسم الله الرحمن الرحيم :  قد افلح من تزكى وزكرسم ربه فصلى.
 صدق الله العظيم 
الله اكبر3×  ولله الحمد.
            Dalam suasana yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji dan  syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Dengan siraman rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyambut dan merayakan hari yang agung ini, hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H, dengan tertib, aman dan lancar.         
الله اكبر3×  ولله
            Sejak matahari terbenam kemaren sore sampai pagi hari ini Gema Takbir, Tahmid, Tasbihdan Tahlil membahana memenuhi jagad raya ini diucapkan dengan khusyuk dan khidmat oleh segenap kaum Muslimin merupakan wujud nyata dari rasa syukur dan ridho kehadirat Allah Swt. Ridho memenuhi panggilan Allah dalam melaksanakan Ibadah Shaum dan menyatakan rasa syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dalam menuntaskan ibadah Shaum itu sendiri.
           Di samping itu juga merupakan pengakuan bahwa Yang Maha Agung hanyalah Allah, selain Allah adalah kecil, tidak ada yang lebih unggul, termasuk manusia yang hidup di alam raya ini. Walaupun manusia diberi kekuasaan, kekuasaannya itu hanya bersifat sementara dan temporer. Manusia diberi harta kekayaan yang berlimpah, tetapi kekayaan itu sendiri bersifat Fana, sekarang kaya, mungking esok atau lusa jatuh miskin, sekarang sehat dan kuat, esok atau lusa bisa jadi sakit dan akhirnya melemah termakan usia ketuaan. Tidak ada tempat bagi manusia untuk membanggakan dan menyombongkan diri, oleh sebab itu, marilah kita renungkan lebih jauh, semua itu tidak ada artinya bila dibandingkan dengan ke-Agungan Allah Swt. yang Maha menentukan segala sesuatu yang ada di alam raya ini. Hanya Allah Yang Maha Gagah dan Perkasa.            
الله اكبر3×  ولله الحمد.
            Kita berkumpul di tempat yang terhormat ini guna merayakan hari kemenangan kita, kemenangan Jihad atau perjuangan serta mengendalikan hawa nafsu yang sering mengganggu dan merusak jiwa. Memerangi hawa nafsu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, bahkan sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah Saw. merupakan tugas yang amat sangat berat. Tatkala Rasulullah beserta para sahabat kembali dari perang Hudain yang besar itu beliau bersabda :
        رجعنا من الجهاد الاصغر الى الجهاد الأكبر
"Sekarang kita pulang dari perang yang kecil menuju perang yang besar"
Para sahabat bertanya "Apakah setelah ini akan ada perang yang lebih besar ya Rasulullah?"
Rasulullah menjawab : "Ya"
Para sahabat bertanya lagi "Apakah perang yang besar itu ya Rasulullah?"
Rasulullah menjawab : الجهاد النـفس "Jihad memerangi hawa nafsu".
الله اكبر3×  ولله الحمد.
Hadirin Rahimakumullah!
Sejarah telah membuktikan bahwa jatuhnya suatu kaum atau suatu bangsa dan negara berpangkal pada ketidakmampuan warganya dalam mengendalikan hawa nafsu, baik rakyat maupun pemimpinnya. Apalagi saat ini kita sudah berada di akhir zaman, di mana manusia hanya memperturutkan hawa nafsu, karena itu Allah pasti murka! Inilah yang akan saya sampaikan  pada khutbah Idul Futri tahun 1434 Hijriyah  ini dengan judul : ZAMAN INI SUDAH BERAKHIR.
 Rasulullah saw. bersabda :
اذاكان آخر الزمان يرفع الله من الأرض اربعة اشياء :
الأول : يرفع الله البركة من الأرض
الثانى : يرفع الله الرحمن من القلوب
الثالث : يرفع الله العدل من الحكام
الربع  : يرفع الله الحياء من النساء

"Apabila telah datang akhir zaman nanti, Allah akan mengangkat empat perkara dari permukaan bumi :
1.     Allah mengangkat keberkatan dari bumi
2.     Allah mengangkat rasa kasih sayang dari hati manusia
3.     Allah mengangkat rasa adil dari para hakim
4.     Allah mengangkat rasa malu dari kaum wanita.
Hadirin Rahimakumullah! Apa maksud hadits ini?
Apabila telah datang akhir zaman nanti, Allah akan mengangkat keberkatan dari bumi. Karena nafsu yang selalu diperturutkan, manusia jadi melupakan tuntunan dan tuntutan Allah, manusia dalam mencari nafkah sudah banyak yang menghalalkan segala cara, hidup dalam riba. Betapa banyaknya sekarang Bank-Bank berjalan, Rentenir! Meraja rela. Menimbang dan menyukat dengan kebohongan, berdagang ala kapitalis, yang kaya menindas yang miskin, hak si miskin tidak diberikan, pada hal :
          انـّما تنصرون و ترزقون بضعفآء كم
"Sesungguhnya kalian beroleh kemenangan dan rezki hanya karena dukungan kaum du'afa, kaum yang lemah diantara kalian"
Namun kenyataan yang kita temui saat banyak manusia jadi SERAKAH, enggan  membantu yang lemah, Allah menghukum dengan rezki yang banyak terasa sedikit. Itu pertanda bahwa KEBERKATAN DARI REZKI itu, telah DICABUT.
الله اكبر3×  ولله الحمد.
Apabila telah datang akhir zaman nanti, Allah akan mengangkat rasa kasih sayang dari hati manusia. Kita menyaksikan, bahkan kita merasakan betapa banyaknya manusia sekarang menjadi beringas, tak mengenal pri kemanusiaan, bahkan kejam dari pada srigala, manusia memakan sesama, manusia saling membunuh, anak membunuh ayah, ayah memperkosa anak, cucu membunuh nenek, mamak membunuh kemenakan, bahkan setelah itu mayatnya juga dipotong-potong menjadi beberapa bagian atau multilasi yang kadangkala hanya disebabkan hal sepele yang bersumber dari hawa nafsu yang tak terkendali.  Ini pertanda RASA KASIH SAYANG dari hati manusia telah di cabut oleh Allah.
Rasulullah menyatakan : "Sayangilah seluruh makhluk di muka bumi, niscaya kamu juga disayangi oleh makhluk-makhluk yang di langit"

Apabila telah datang akhir zaman nanti, Allah akan mengangkat rasa adil dari para hakim/para penegak hukum .  Rasulullah menyatakan dengan tegas : Apabila telah datang akhir zaman itu nanti, Allah akan mengangkat rasa adil dari para penegak hukum ( hakimk polisi, jaksa pengacara ) . Kaum Muslimin/Muslimat Rahimakumullah, Bagaimana hukum bisa ditegakkan jika penegak hukum itu sendiri melanggar hukum, Bagaimana keadilan dapat kita rasakan jika penegak keadilan itu sendiri tidak berlaku adil. Sementara Allah Swt. berfirman :
        انّ الله يأمر بالعدل و الإحسان
"Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan"
            Namun karena keserakahan dan hawa nafsu juga, banyak penegak hukum yang memperjualbelikan keadilan, banyak kita dengar Hakim yang di Hakimi. Hal Ini merupakan indikasi bahwa yang punya uang saja sulit mencari keadilan, apalagi si miskin yang tak punya apa-apa. Dalam hidup bermasyarakat juga demikian kita temukan, pemimpin tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, kebanyakan memperkaya diri, mementingkan kepentingan golongan, mengumbar janji dikala akan dipilih, menjadi pongah dan sombong kepada rakyatnya setelah menduduki jabatan. Ini bukti RASA ADIL DARI PARA HAKIM dan PEMIMPIN di akhir zaman ini telah dicabut juga oleh Allah Swt.
الله اكبر3×  ولله الحمد.
           Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.
          Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.
           Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan. Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya    dan seterusnya.
           Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat mengoptimalkan dengan baik sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:

وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
           Rasulullah bersabda : "Wanita adalah tiang Negara, apabila baik wanitanya, maka baiklah bangsa itu, apabila wanitanya tak baik, maka hancurlah bangsa itu" Kenyataan yang kita temui sekarang betapa banyaknya wanita-wanita kita yang sudah tak menghiraukan lagi sendi-sendi agama, baik cara bergaul, cara bicara, cara bertingkah, maupun cara berpakaian tidak sesuai lagi dengan tuntunan Islam. Wanita kita sekarang banyak yang enggan menutup aurat, menyerupai pakaian laki-laki dengan berbagai alasan, ingin tampil menarik, ingin tetap awet muda, sementara wanita yang menutup dianggapnya kampungan dan tak modis. Kalau demikian adanya. tak salah dan wajar banyak terjadi pemerkosaan dan pelecehan sexual, karena telah dipancing-pancing dengan mempertontonkan bentuk tubuh, membuka aurat di tempat-tempat umum. Apabila wanita sudah tidak punya rasa malu, maka berbagai kejahatan akan menimpanya. Namun sebaliknya banyak juga kaum laki-laki saat ini suka menyerupai wanita, pakai anting, pakai kalung, pakai gelang. Rasulullah bersabda :
قال انس : لعن رسول الله ص.م المتسبّهـين من الرجال بالنساء والمتسبهات من النساء بالرجال. – روه احمد و البخارى-
"Telah berkata Anas : Rasulullah Saw. pernah melaknat laki-laki yang menyerupai diri sebagai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai diri sebagai laki-laki." (Hadits Riwayat Ahmad dan Bukhari)
Hadirin yang berbahagia, kenapa semua itu terjadi? Lain tak bukan juga bersumber dari hawa nafsu yang tak terkontrol, ALLAH MENGANGKAT RASA MALU itu sendiri.
Kaum Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah!
Kalau sudah demikian adanya, apa yang harus kita lakukan? Tak lain tak bukan adalah :
1.     Tingkatkan Keimanan
2.     Tingkatkan Ketaqwaan
3.     Mendidik anak-anak kita sejak dini, supaya mereka menjadi generasi yang beriman dan bertaqwa SWT.
 Karena Allah berfirman :
ولو انّ اهل القرا آمنو والتـقوا لفتحـنا عليهم بركاة من السماء والارض. ولكن كذ بوا فآخـذ ناهم  بماكانو يـكـسـبون.
"Jikalau penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, niscaya kami turunkan keberkatan dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami azab mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri" (Q.S.al-A'raf : 96)
          Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa, jika kita beriman dan bertaqwa, Allah memberi imbalan dengan memberi keberkatan dan kenikmatan, sebaliknya jika kita kufur dan ingkar Allah juga membalasnya dengan azab di dunia wal akhirah.
الله اكبر3×  ولله الحمد.
         Tentang hal tersebut Rasulullah Saw. juga pernah bersabda bahwa : Apabila manusia telah lupa kepada Allah, tidak beriman dan bertaqwa, maka Allah akan memberi tiga macam azab :
1.     Dicabut keberkatan Rezki
2.     Diberi pemimpin yang zalim
3.     Dicabut Iman waktu Sakaratul Maut. Na'uzubillahi minzalik.
          Semoga berkat Ibadah puasa yang telah kita laksanakan satu bulan penuh kemarin, kita makin mampu untuk mengendalikan hawa nafsu pada bulan-bulan lain dan lebih banyak mengingat Allah dalam keadaan tegak, duduk dan berbaring serta lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, sesuai dengan tujuan puasa itu sediri, sehingga dengan itu kita terhindar dari malapetaka dan azab Allah, semoga kita menjadi insan kamil, sehingga tercipta masyarakat yang madani. Amien ya Rabbal'alamien.
Demikianlah Khutbah kita kali ini, semoga ada manfa'atnya, Wal'afu mingkum.

فاعـتـبر يااول الا بصار لعلكم ترحمون.
الله اكبر3×  ولله الحمد.