DASYATNYA MAHSYAR
Leh : Drs. H. Sudono Al-Qudsi, MH.
Disampaikan dalam khutbah idul adha
2017 di masjid Al-MUBAROK Kaweron Talun
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ
وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ
لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ
الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا
الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى
آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Hari ini mengingatkan saya pada 5 tahun
yang lalu di padang arofah lagi khutbah wukuf , ribuan bahan jutaan manusia
berkumpul mengumandangan kalimah-kalimah thoyiibah, dengan bertakbir,
bertahmid, bertasybih dan istighfar menyesali
segala perbuatan buruknya dan mengharap ampunan dan ridlo Aloh swt..
Kemarin, kamis sore sekitar 221.000 umat muslim indonesia sedang wukuf di arofah dan sekarang
mereka menuju mina lagi untuk melempar jumroh , sebagai lambang pengusiran
sifat-sifat buruk manusia, angkuh, sombong,
Haji adalah arofah.....arofah adalah hari perenungan....
sebuah pererenungan
Tentang sang
Kholiq..... sebuah perenungan tentang untuk apa kita diciptakan....arofah
adalah sebah potret kecil/miniatur tentang mahsyar....mahsyar adalah sebuah
hari dimana manusia akan ditimbang kadar
al HAQ dalam dirinya...mahsar adalah sebuah hari yang sangat terik yang tidak
ada penghalang diatasnya....mahsyar adalah sebuah hari yang mencekam dimana manusia
ditimpa resah dan gelisah.....kegelisaan yang amat sangat karena mahsyar adalah
hari penantian tentang nasib manusia apakah ia akan masuk surga atau nereka
.....mahsyar adalah sebagai hari penyesalan....sebuah
penyesalan karena manusia telah lalai menunakan amanat sebagai kholifah ....sebuah
penyesalan karena manusia lalai untuk
beramal sholih semasa hidup di dunia.......sedemikian dasyatnya mahsyar,sehingga
manusia kelak akan mencari perlidungan walau hanya sebutir kurma
yang pernah ia sedekahkan...... maka, beruntunglah mereka yang Alloh
beri naungan dari dasyatnya alam mahsyar......
Mereka
adalah pemimpin yang adil.....para pemuda yang hatinya tertambat kepada
masjid,.........manusia yang bersahabat karena Alloh......manusia yang bersedekah
dengan tangan kanannya tanpa diketahui tangan kiriya......manusia yang menolak perbuatan
keji karena takut akan Alloh......manusia ang tekun ibadahnya seraya berlinang
air mata ketika ia berdzikir semata karena takut akan Alloh. Itulah renungan padang arofah yang
hanya sebagian kecil tempat berkumpulnya manusia di dunia, sedangan ....
Mahsyar (Arab: محشر) adalah dataran yang sangat luas tempat berkumpul para makhluk
pertama, hingga makhluk yang terakhir hidup. Dataran Mahsyar berada di
alam akhirat, dan dikatakan berpasir, tidak terlihat tinggi maupun rendah.
Keagungan syafaat Rasulullah
Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Aku adalah pemimpin kaum pada hari kiamat. Apakah kalian tahu, dengan apa Allah mengumpulkan para makhluk dari awal zaman sampai akhir zaman di bumi yang satu. Saat itu mata akan melihat dan telinga akan mendengar, dan matahari didekatkan. Manusia satu sama lain berkata, ‘Sampai kapan kita akan merasakan suasana mencekam seperti ini, apakah tidak ada orang yang memintakan pertolongan kepada Tuhan? Sebagian manusia berkata, ‘Coba minta tolong kepada bapak kalian, nabi Adam.’
Merekapun mendatangi Nabi Adam dan meminta, ‘Wahai Nabi Adam, kamu adalah moyang manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya kepadamu, lalu Dia memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadamu, merekapun sujud kepadamu. Lalu Dia menempatkanmu di surga. Apakah kamu tidak bisa memohonkan syafaat (pertolongan) kepada Tuhanmu? Apakah kamu tidak melihat bagaimana sengsaranya kondisi kami, dahsyatnya prahara kami?’ Nabi Adam berkata, ‘Allah telah memarahiku dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya atau sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati pohon terlarang, tapi aku telah bermaksiat kepada-Nya. Maka pergilah kalian kepada nabi selainku. Temuilah Nabi Nuh.’
Merekapun menemui Nabi Nuh, lalu berkata, ‘Wahai Nabi Nuh, Engkau adalah rasul pertama yang di utus ke penghuni bumi, dan Allah telah memberimu gelar hamba yang sangat bersyukur, apakah kamu tidak melihat bagaimana sengsaranya kondisi kami, dahsyatnya prahara kami? Apakah kamu tidak bisa memohonkan pertolongan kepada Tuhanmu untuk kami? Nabi Nuh menjawab, ‘Tuhanku saat ini sedang marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sesudahnya, aku sendiri khawatir akan diriku. Datanglah kalian kepada Nabi Muhammad.’
Maka mereka pun datang kepadaku (untuk meminta syafaat). Akupun sujud kepada Allah di bawah Arsy-Nya (sekian lama). Lalu Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah syafaat niscaya kamu kuberi syafaat, mintalah kepadaku akan Kukabulkan.” (HR. Bukhari, no. 3092)
Itulah yang disebut dengan syafaat Rasulullah yang paling besar, memberikan pertolongan kepada seluruh umat, mulai umat nabi Adam sampai umatnya di akhir zaman. Pertolongan agar Allah segera memulai proses hisab (perhitungan amal), supaya mereka bisa istirahat dari dahsyatnya prahara bumi Mahsyar. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi manusia saat itu.
Mereka yang jumlahnya trilyunan itu berusaha untuk menemui para nabi masing-masing untuk meminta syafaat. Padahal saat itu bumi Mahsyar tidak ada tanda atau rabu-rambu, ke arah kemana mereka melangkah ketika ingin menemui para nabi tersebut. Yang tengah bergerak ke kanan atau ke kiri. Yang di utara bergerak ke selatan, yang di selatan bergerak ke utara, yang timur bergerak ke barat, yang barat bergerak ke timur. Yang sebelah kanan bergerak ke kiri, yang sebelah kiri bergerak ke kanan. Matahari didekatkan, keringat bercucuran. Tiada tempat istirahat. Tiada orang yang bisa ditanya, ke arah mana mereka harus berjalan.
Begitu dahsyatnya prahara bumi Mahsyar. Masihkah kita enggan membekali diri untuk mencari keselamatan dari prahara yang dahsyat tersebut? Apakah semua orang akan berkubang keringat? Atau ada orang-orang yang selamat dari prahara dahsyat tersebut? Abu Umar berkata, “Barangsiapa yang berada dalam naungan Allah pada saat tiada naungan selain naungan-Nya ( hari Mahsyar), maka ia akan selamat dari prahara tersebut, insya Allah.”(Kitab at-Tahmid: 2/ 283).
Syekh Abu jamroh berkata, “Yang tampak dalam susunan redaksi hadits tersebut adalah semua manusia akan mengalami hal yang sama. Tapi ada hadits-hadits lain yang menjelaskan bahwa tidak semua akan mengalami hal seperti itu. Ada pengecualian, seperti para nabi, orang-orang yang mati syahid, dan lainnya yang dikehendaki Allah. Dan keringat yang paling banyak kadarnya adalah orang-orang kafir dan orang-orang pendosa besar. Orang-orang muslim juga ada yang berkubang keringat, tapi sedikit bila dibanding dengan jumlah orang kafir.” (Kitab Fathul Bari: 11/ 394).
Siapa saja mereka yang diselamatkan Allah dari dahsyatnya prahara bumi Mahsyar? Dan kita belum terlambat untuk mendaftarkan diri dalam kelompok yang selamat tersebut.
Keagungan syafaat Rasulullah
Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Aku adalah pemimpin kaum pada hari kiamat. Apakah kalian tahu, dengan apa Allah mengumpulkan para makhluk dari awal zaman sampai akhir zaman di bumi yang satu. Saat itu mata akan melihat dan telinga akan mendengar, dan matahari didekatkan. Manusia satu sama lain berkata, ‘Sampai kapan kita akan merasakan suasana mencekam seperti ini, apakah tidak ada orang yang memintakan pertolongan kepada Tuhan? Sebagian manusia berkata, ‘Coba minta tolong kepada bapak kalian, nabi Adam.’
Merekapun mendatangi Nabi Adam dan meminta, ‘Wahai Nabi Adam, kamu adalah moyang manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya kepadamu, lalu Dia memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadamu, merekapun sujud kepadamu. Lalu Dia menempatkanmu di surga. Apakah kamu tidak bisa memohonkan syafaat (pertolongan) kepada Tuhanmu? Apakah kamu tidak melihat bagaimana sengsaranya kondisi kami, dahsyatnya prahara kami?’ Nabi Adam berkata, ‘Allah telah memarahiku dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya atau sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati pohon terlarang, tapi aku telah bermaksiat kepada-Nya. Maka pergilah kalian kepada nabi selainku. Temuilah Nabi Nuh.’
Merekapun menemui Nabi Nuh, lalu berkata, ‘Wahai Nabi Nuh, Engkau adalah rasul pertama yang di utus ke penghuni bumi, dan Allah telah memberimu gelar hamba yang sangat bersyukur, apakah kamu tidak melihat bagaimana sengsaranya kondisi kami, dahsyatnya prahara kami? Apakah kamu tidak bisa memohonkan pertolongan kepada Tuhanmu untuk kami? Nabi Nuh menjawab, ‘Tuhanku saat ini sedang marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sesudahnya, aku sendiri khawatir akan diriku. Datanglah kalian kepada Nabi Muhammad.’
Maka mereka pun datang kepadaku (untuk meminta syafaat). Akupun sujud kepada Allah di bawah Arsy-Nya (sekian lama). Lalu Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah syafaat niscaya kamu kuberi syafaat, mintalah kepadaku akan Kukabulkan.” (HR. Bukhari, no. 3092)
Itulah yang disebut dengan syafaat Rasulullah yang paling besar, memberikan pertolongan kepada seluruh umat, mulai umat nabi Adam sampai umatnya di akhir zaman. Pertolongan agar Allah segera memulai proses hisab (perhitungan amal), supaya mereka bisa istirahat dari dahsyatnya prahara bumi Mahsyar. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi manusia saat itu.
Mereka yang jumlahnya trilyunan itu berusaha untuk menemui para nabi masing-masing untuk meminta syafaat. Padahal saat itu bumi Mahsyar tidak ada tanda atau rabu-rambu, ke arah kemana mereka melangkah ketika ingin menemui para nabi tersebut. Yang tengah bergerak ke kanan atau ke kiri. Yang di utara bergerak ke selatan, yang di selatan bergerak ke utara, yang timur bergerak ke barat, yang barat bergerak ke timur. Yang sebelah kanan bergerak ke kiri, yang sebelah kiri bergerak ke kanan. Matahari didekatkan, keringat bercucuran. Tiada tempat istirahat. Tiada orang yang bisa ditanya, ke arah mana mereka harus berjalan.
Begitu dahsyatnya prahara bumi Mahsyar. Masihkah kita enggan membekali diri untuk mencari keselamatan dari prahara yang dahsyat tersebut? Apakah semua orang akan berkubang keringat? Atau ada orang-orang yang selamat dari prahara dahsyat tersebut? Abu Umar berkata, “Barangsiapa yang berada dalam naungan Allah pada saat tiada naungan selain naungan-Nya ( hari Mahsyar), maka ia akan selamat dari prahara tersebut, insya Allah.”(Kitab at-Tahmid: 2/ 283).
Syekh Abu jamroh berkata, “Yang tampak dalam susunan redaksi hadits tersebut adalah semua manusia akan mengalami hal yang sama. Tapi ada hadits-hadits lain yang menjelaskan bahwa tidak semua akan mengalami hal seperti itu. Ada pengecualian, seperti para nabi, orang-orang yang mati syahid, dan lainnya yang dikehendaki Allah. Dan keringat yang paling banyak kadarnya adalah orang-orang kafir dan orang-orang pendosa besar. Orang-orang muslim juga ada yang berkubang keringat, tapi sedikit bila dibanding dengan jumlah orang kafir.” (Kitab Fathul Bari: 11/ 394).
Siapa saja mereka yang diselamatkan Allah dari dahsyatnya prahara bumi Mahsyar? Dan kita belum terlambat untuk mendaftarkan diri dalam kelompok yang selamat tersebut.
Di ayat lain
Allah berfirman, “ Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang
semestinya, padahal pada hari kiamat bumi seluruhnya dalam gengaman-Nya dan
langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dari
apa yang mereka persekutukan.” (QS. az-Zumar: 67).
Dan dalam suatu riwayat ditegaskan, “Pada hari kiamat, Allah mengenggam bumi dan Dia menggulung langit dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia berfirman, ‘Akulah Raja, mana raja-raja bumi.” (HR. Muslim, no. 2787).
Ya…, bumi Mahsyar tidak sama dengan bumi kita sekarang. Karena bumi yang kita tempati saat ini akan hancur ketika kiamat terjadi. Allah telah menggantinya dengan bumi yang lain. Lalu di mana posisi kita saat itu?
Tsauban meriwayatkan hadits kepada kita sebagai jawabannya. Ia berkata, “Ada seorang pemuka agama Yahudi datang ke Rasulullah dan bertanya, ‘Di mana posisi manusia saat bumi ini diganti oleh Allah dengan bumi yang lain dan begitu juga langit?’ Rasulullah menjawab, ‘Mereka semua berada di Shirath (Jembatan)’. (HR. Muslim, no. 315).
Kalau begitu, seperti apa bumi Mahsyar yang menjadi tempat berkumpulnya semua makhluk nanti?
Sahl bin Sa’d berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat nanti, manusia akan dibangkitkan di bumi yang putih jernih, seperti tepung yang bersih. Tidak ada padanya tanda (marka dan rambu jalan) sedikitpun.” (HR. Bukhari, no. 6040 dan Muslim, no. 4998).
Ibnu Mas’ud berkata, “Bumi ini akan diganti dengan bumi yang putih laksana perak, tidak terkotori oleh nokta dosa sedikitpun.” Ibnu Abbas berkata, “Bumi ini akan diganti dengan perak yang putih warnanya. “Ali bin Abu Thalib berkata, “ Saat itu bumi ini diganti dengan perak, sedangkan langit diganti dengan emas.” (Tafsir al-Qurthubi: 9/ 384).
Imam al-Khotthobi berkata, “Yang dimaksud dengan tidak ada tanda, karena bumi saat itu rat. Karena yang dimaksud ‘Alam’ adalah sesuatu yang bisa dijadikan pertanda di bumi’. Al-Qodhi ‘Iyadh berkata, “Maksud dari hadits tersebut adalah saat itu bumi tidak ada tanda, seperti rumah, bangunan, prasasti atau sesuatu lainnya yang biasa dipakai tanda saat dalam perjalanan. Tidak ada pula gunung, batu-batuan yang menonjol. Semua yang dahulu merupakan karakteristik bumi sudah dihilangkan.”(Kitab fathul bari: 11/ 375).
Syekh Abu Muhammad bin Abu Jamroh berkata, “hadits merupakan pertanda betapa dahstyatnya prahara saat itu. Allah memberitahu kita bagian kecil dari gambaran di padang Mahsyar agar kita mengerti dan menyiapkan diri untuk menghadapinya. Karena mengetahui sebagian dari apa yang akan terjadi itu merupakan shock terapi bagi jiwa yang akan menghadapinya. Dan hal itu akan berbeda sekali rasanya bila kita mengghadapi suatu peristiwa yang tiba-tiba. Dan dari hadits itu juga kita mengetahui bahwa bumi Mahsyar ukurannya jauh lebih besar dari bumi kita sekarang.” (Kitab Fathul Bari: 11/ 375).
Ya Allah, bagaimana kondisi kami saat itu. Bumi engkau bersihkan dari naungan, matahari engkau dekatkan dengan badan. Tiada petunjuk arah yang bisa kami jadikan pedoman. Tiada pohon, rumah dan gedung sebagai tempat untuk kami berlindung. Hanya kepada-Mu ya Allah, kami memohon perlindungan dan naungan.
Matahari Didekatkan
Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.
Bila dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 100 kali diameter bumi. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke Bumi dan cahaya Matahari yang terang ini dapat mengakibatkan siapapun yang memandang terus kepada matahari menjadi buta.
Masya Allah…., jarak antara matahari dan bumi sebegitu jauh saja, kita sudah bisa merasakan sengatannya yang panas. Apalagi bila telah tiba musim kemarau. Bagi mereka yang kerja di kantoran dalam ruangan ber-AC, tidak begitu merasakan betapa panasnya cuaca di siang hari. Tapi bagi mereka yang bekerja di lapangan atau di luar ruangan, benar-benar merasakan sengatan panas matahari yang begitu kuat. Keringat dan peluhpun deras bercucuran di badan dan membasahi pakaian.
Lalu bagaimana rasanya jika jarak antara matahari dan bumi bukan 93.026.724 mil, tapi 1 mil saja. Hanya beberapa ratus meter di atas kepala kita. Apa mungkin peristiwa itu terjadi? Jawabannya, ya. Dan peristiwa itu pasti akan terjadi, yaitu di bumi Mahsyar nanti. Matahari didekatkan posisinya ke bumi, hanya 1 mil.
Al-Miqdad bin al-Aswad berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat, posisi matahari akan di dekatkan kepada manusia sampai jaraknya hanya sekitar 1 mil. –Shahabat sulaim bin’Amir berkata, ‘Demi Allah, saya tidak tahu pastinya, yang dimaksud mil di sini itu jarak ukuran atau mil yang dipakai untuk celak mata. Pada waktu itu kondisi keringat manusia sesuai amal perbuatannya. Ada yang keringatnya mencapai kakinya, ada yang mencapai lututnya, ada yang mencapai pinggangnya, dan ada juga yang betul-betul terendam keringatnya, saat itu Rasulullah menunjukkan jarinya ke arah mulutnya.(HR. Muslim, no. 5108).
Apabila yang dimaksud dengan satu mil tersebut adalah jarak, maka jarak matahari dengan bumi sangat dekat sekali. Ukuran satu mil menurut kamus Bahasa Indonesia maka ia mempunyai standar yang beragam. Lain Negara lain juga standar batasan milnya. Satu mil menurut orang Belanda, ukuran jaraknya sama dengan 1000 m. dan menurut orang Jerman, satu mil sama dengan 7.420 m. sedangkan menurut orang Inggris, satu mil ukurannya 1.609 m. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 742). Dan ukuran yang terakhir inilah yang sering dijadikan sebagai standar ukuran mil.
Dengan ukuran kedekatan seperti itu, apa tubuh manusi tidak meleleh oleh sengatan matahari yang sangat panas? Kalau kita memahaminya dengan standar logika kita sekarang, maka tubuh manusia tidak akan mampu untuk bertahan, pasti akan hangus dan terbakar. Tapi kita harus garis bawahi, bahwa yang kita bicarakan sekarang bukanlah alam dunia, tapi alam akhirat. Tentu standar keduanya sangat jauh berbeda.
Bumi Mahsyar bukanlah bumi yang kita tempati saat ini. Dan struktur tubuh manusia juga berbeda dengan struktur tubuh yang ada di dunia saat ini. Allah yang mengatur alam ini sehingga satu sama lainnya bisa berjalan secara harmonis. Dan pada saat di Mahsyar nanti, Dia juga yang mengatur alam dan segala isinya, termasuk manusia dan matahari yang ada di Mahsyat saat itu. Apabila Rasulullah telah mengabarkan fenomena seperti itu, maka itu wajib mengimaninya sebagai bagian dari iman kepada yang ghaib. Tanggalkan standar logika yang terbatas, arungi kebesaran kekuasaan Allah dengan bahtera iman. Itulah jalan yang selamat.
Syekh Abu Muhammad bin Abu Jamroh berkata, “ Barangsiapa yang mau merenungkan hadits tersebut, maka ia akan paham betapa dahsyatnya prahara Mahsyar. Bagaimana tidak, matahari didekatkan ke bumi sekitar satu mil. Berapa juta derajat panasnya cuaca saat itu. Sehingga keringat mengucur terus-menerus sampai ada yang setinggi 70 dzira’. Padahal yang lainnya, keringatnya hanya sebatas mata kaki. Bagaimana mungkin hal itu terjadi, keringat orang kadarnya berbeda satu sama lain. Sungguh itu merupakan fenomena yang tidak bisa dinalar oleh akal, yang menunjukkan betapa agungnya kekuasaan Allah. Dan kita harus mengimani sebagai bagian dari iman kita kepada negeri akhirat. Akal tidak usah punya peran dalam masalah seperti ini, dan kita tidak boleh mengakal-akalinya atau membuat analogi-analogi pada sesuatu yang tidak bisa di analogikan. Tapi kita harus mengimaninya karena itu bagian dari iman kita kepada yang ghaib.”(Kitab Fathul Bari: 11/395).
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata, “Yang dimaksud keringat dalam hadits tersebut adalah keringatnya sendiri atau mungkin juga bercampur dengan kucuran keringat orang lain. Tapi yang Nampak dalam pemahaman hadits itu adalah karena keringatnya sendiri. Adapun penyebab keluarnya keringat sampai begitu banyaknya, karena kepanikan manusia akan dahsyatnya prahara Mahsyar, dan juga disebabkan karena dekatnya posisi matahari dengan posisi manusia.”(Kitab Syarhun Nawawi: 17/ 195).
Dan dalam suatu riwayat ditegaskan, “Pada hari kiamat, Allah mengenggam bumi dan Dia menggulung langit dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia berfirman, ‘Akulah Raja, mana raja-raja bumi.” (HR. Muslim, no. 2787).
Ya…, bumi Mahsyar tidak sama dengan bumi kita sekarang. Karena bumi yang kita tempati saat ini akan hancur ketika kiamat terjadi. Allah telah menggantinya dengan bumi yang lain. Lalu di mana posisi kita saat itu?
Tsauban meriwayatkan hadits kepada kita sebagai jawabannya. Ia berkata, “Ada seorang pemuka agama Yahudi datang ke Rasulullah dan bertanya, ‘Di mana posisi manusia saat bumi ini diganti oleh Allah dengan bumi yang lain dan begitu juga langit?’ Rasulullah menjawab, ‘Mereka semua berada di Shirath (Jembatan)’. (HR. Muslim, no. 315).
Kalau begitu, seperti apa bumi Mahsyar yang menjadi tempat berkumpulnya semua makhluk nanti?
Sahl bin Sa’d berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat nanti, manusia akan dibangkitkan di bumi yang putih jernih, seperti tepung yang bersih. Tidak ada padanya tanda (marka dan rambu jalan) sedikitpun.” (HR. Bukhari, no. 6040 dan Muslim, no. 4998).
Ibnu Mas’ud berkata, “Bumi ini akan diganti dengan bumi yang putih laksana perak, tidak terkotori oleh nokta dosa sedikitpun.” Ibnu Abbas berkata, “Bumi ini akan diganti dengan perak yang putih warnanya. “Ali bin Abu Thalib berkata, “ Saat itu bumi ini diganti dengan perak, sedangkan langit diganti dengan emas.” (Tafsir al-Qurthubi: 9/ 384).
Imam al-Khotthobi berkata, “Yang dimaksud dengan tidak ada tanda, karena bumi saat itu rat. Karena yang dimaksud ‘Alam’ adalah sesuatu yang bisa dijadikan pertanda di bumi’. Al-Qodhi ‘Iyadh berkata, “Maksud dari hadits tersebut adalah saat itu bumi tidak ada tanda, seperti rumah, bangunan, prasasti atau sesuatu lainnya yang biasa dipakai tanda saat dalam perjalanan. Tidak ada pula gunung, batu-batuan yang menonjol. Semua yang dahulu merupakan karakteristik bumi sudah dihilangkan.”(Kitab fathul bari: 11/ 375).
Syekh Abu Muhammad bin Abu Jamroh berkata, “hadits merupakan pertanda betapa dahstyatnya prahara saat itu. Allah memberitahu kita bagian kecil dari gambaran di padang Mahsyar agar kita mengerti dan menyiapkan diri untuk menghadapinya. Karena mengetahui sebagian dari apa yang akan terjadi itu merupakan shock terapi bagi jiwa yang akan menghadapinya. Dan hal itu akan berbeda sekali rasanya bila kita mengghadapi suatu peristiwa yang tiba-tiba. Dan dari hadits itu juga kita mengetahui bahwa bumi Mahsyar ukurannya jauh lebih besar dari bumi kita sekarang.” (Kitab Fathul Bari: 11/ 375).
Ya Allah, bagaimana kondisi kami saat itu. Bumi engkau bersihkan dari naungan, matahari engkau dekatkan dengan badan. Tiada petunjuk arah yang bisa kami jadikan pedoman. Tiada pohon, rumah dan gedung sebagai tempat untuk kami berlindung. Hanya kepada-Mu ya Allah, kami memohon perlindungan dan naungan.
Matahari Didekatkan
Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.
Bila dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 100 kali diameter bumi. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke Bumi dan cahaya Matahari yang terang ini dapat mengakibatkan siapapun yang memandang terus kepada matahari menjadi buta.
Masya Allah…., jarak antara matahari dan bumi sebegitu jauh saja, kita sudah bisa merasakan sengatannya yang panas. Apalagi bila telah tiba musim kemarau. Bagi mereka yang kerja di kantoran dalam ruangan ber-AC, tidak begitu merasakan betapa panasnya cuaca di siang hari. Tapi bagi mereka yang bekerja di lapangan atau di luar ruangan, benar-benar merasakan sengatan panas matahari yang begitu kuat. Keringat dan peluhpun deras bercucuran di badan dan membasahi pakaian.
Lalu bagaimana rasanya jika jarak antara matahari dan bumi bukan 93.026.724 mil, tapi 1 mil saja. Hanya beberapa ratus meter di atas kepala kita. Apa mungkin peristiwa itu terjadi? Jawabannya, ya. Dan peristiwa itu pasti akan terjadi, yaitu di bumi Mahsyar nanti. Matahari didekatkan posisinya ke bumi, hanya 1 mil.
Al-Miqdad bin al-Aswad berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat, posisi matahari akan di dekatkan kepada manusia sampai jaraknya hanya sekitar 1 mil. –Shahabat sulaim bin’Amir berkata, ‘Demi Allah, saya tidak tahu pastinya, yang dimaksud mil di sini itu jarak ukuran atau mil yang dipakai untuk celak mata. Pada waktu itu kondisi keringat manusia sesuai amal perbuatannya. Ada yang keringatnya mencapai kakinya, ada yang mencapai lututnya, ada yang mencapai pinggangnya, dan ada juga yang betul-betul terendam keringatnya, saat itu Rasulullah menunjukkan jarinya ke arah mulutnya.(HR. Muslim, no. 5108).
Apabila yang dimaksud dengan satu mil tersebut adalah jarak, maka jarak matahari dengan bumi sangat dekat sekali. Ukuran satu mil menurut kamus Bahasa Indonesia maka ia mempunyai standar yang beragam. Lain Negara lain juga standar batasan milnya. Satu mil menurut orang Belanda, ukuran jaraknya sama dengan 1000 m. dan menurut orang Jerman, satu mil sama dengan 7.420 m. sedangkan menurut orang Inggris, satu mil ukurannya 1.609 m. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 742). Dan ukuran yang terakhir inilah yang sering dijadikan sebagai standar ukuran mil.
Dengan ukuran kedekatan seperti itu, apa tubuh manusi tidak meleleh oleh sengatan matahari yang sangat panas? Kalau kita memahaminya dengan standar logika kita sekarang, maka tubuh manusia tidak akan mampu untuk bertahan, pasti akan hangus dan terbakar. Tapi kita harus garis bawahi, bahwa yang kita bicarakan sekarang bukanlah alam dunia, tapi alam akhirat. Tentu standar keduanya sangat jauh berbeda.
Bumi Mahsyar bukanlah bumi yang kita tempati saat ini. Dan struktur tubuh manusia juga berbeda dengan struktur tubuh yang ada di dunia saat ini. Allah yang mengatur alam ini sehingga satu sama lainnya bisa berjalan secara harmonis. Dan pada saat di Mahsyar nanti, Dia juga yang mengatur alam dan segala isinya, termasuk manusia dan matahari yang ada di Mahsyat saat itu. Apabila Rasulullah telah mengabarkan fenomena seperti itu, maka itu wajib mengimaninya sebagai bagian dari iman kepada yang ghaib. Tanggalkan standar logika yang terbatas, arungi kebesaran kekuasaan Allah dengan bahtera iman. Itulah jalan yang selamat.
Syekh Abu Muhammad bin Abu Jamroh berkata, “ Barangsiapa yang mau merenungkan hadits tersebut, maka ia akan paham betapa dahsyatnya prahara Mahsyar. Bagaimana tidak, matahari didekatkan ke bumi sekitar satu mil. Berapa juta derajat panasnya cuaca saat itu. Sehingga keringat mengucur terus-menerus sampai ada yang setinggi 70 dzira’. Padahal yang lainnya, keringatnya hanya sebatas mata kaki. Bagaimana mungkin hal itu terjadi, keringat orang kadarnya berbeda satu sama lain. Sungguh itu merupakan fenomena yang tidak bisa dinalar oleh akal, yang menunjukkan betapa agungnya kekuasaan Allah. Dan kita harus mengimani sebagai bagian dari iman kita kepada negeri akhirat. Akal tidak usah punya peran dalam masalah seperti ini, dan kita tidak boleh mengakal-akalinya atau membuat analogi-analogi pada sesuatu yang tidak bisa di analogikan. Tapi kita harus mengimaninya karena itu bagian dari iman kita kepada yang ghaib.”(Kitab Fathul Bari: 11/395).
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata, “Yang dimaksud keringat dalam hadits tersebut adalah keringatnya sendiri atau mungkin juga bercampur dengan kucuran keringat orang lain. Tapi yang Nampak dalam pemahaman hadits itu adalah karena keringatnya sendiri. Adapun penyebab keluarnya keringat sampai begitu banyaknya, karena kepanikan manusia akan dahsyatnya prahara Mahsyar, dan juga disebabkan karena dekatnya posisi matahari dengan posisi manusia.”(Kitab Syarhun Nawawi: 17/ 195).
Masih banyak kesempatan kalau kita mau
berkorban, bershodakoh , membagi dan mengajarkan ilmu . inna a’thina kal
kautsar, fasholli lrobbka wankhar....
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ