MISAQON GHOLIDLON
Oleh
: Sudono Al-Qudsi
Ikatan Suci dalam Mitsaqon Ghaliza
al-quranAllah menetapkan suatu ikatan suci, yaitu Akad Nikah,
agar hubungan antara dua anak manusia itu dapat menyuburkan ketentraman cinta
dan kasih sayang. Dengan dua kalimat yang sederhana –ijab dan qabul– terjadilah
perubahan besar. Yang haram menjadi halal, yang maksiat menjadi ibadah,
kekejian menjadi kesucian, dan kebebasan menjadi tanggung jawab. Maka nafsu pun
berubah menjadi cinta dan kasih sayang.
Begitu besarnya perubahan ini, sehingga Al Quran menyebut
Akad Nikah sebagai Mitsaqon Ghaliza, atau perjanjian yang berat. Dalam Al
Quran, kata Mitsaqon Ghaliza hanya disebutkan tiga kali, yaitu ketika Allah SWT
membuat perjanjian dengan para Nabi dan Rasul Ulul Azmi [QS. Al-Ahzab: 7],
ketika Allah SWT mengangkat Bukit Tsur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh
mereka bersumpah setia di hadapan Allah [QS. An-Nisa: 154], dan ketika Allah
SWT menyatakan hubungan pernikahan [QS. An-Nisa: 21].
Dengan perjanjian ini, istri mempunyai hak yang harus dipenuhi
oleh suami. Di haji Wada’ Rasulullah SAW mengingatkan kita dengan peringatan
suci,
“Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas
kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Hak kalian atas mereka
ialah mereka (para istri) tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kalian
senagi masuk ke rumah kecuali dengan izin kalian. Terlarang bagi mereka
melakukan kekejian. Jika mereka berbuat keji, bolehlah kalian menahan mereka
dan menjauhi tempat tidur mereka, serta memukul mereka dengan pukulan yang
tidak melukai. Jika mereka taat, maka kewajiban kalian adalah menjamin rezeki
dan pakaian mereka sebaik-baiknya. Ketahuilah, kalian mengambil wanita itu
sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan Kitab
Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan kalian
untuk selalu berbuat baik”
“Aku wasiatkan kalian untuk selalu berbuat baik”, begitu kata
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ
مِيثَٰقَهُمۡ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٖ وَإِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ٱبۡنِ
مَرۡيَمَۖ وَأَخَذۡنَا مِنۡهُم مِّيثَٰقًا غَلِيظٗا ٧
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian
dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra
Maryam, dan Kami telah mengambil
dari mereka perjanjian yang teguh
وَكَيۡفَ تَأۡخُذُونَهُۥ
وَقَدۡ أَفۡضَىٰ بَعۡضُكُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ وَأَخَذۡنَ مِنكُم مِّيثَٰقًا غَلِيظٗا
٢١
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali,
padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai
suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian
yang kuat
وَرَفَعۡنَا فَوۡقَهُمُ ٱلطُّورَ
بِمِيثَٰقِهِمۡ وَقُلۡنَا لَهُمُ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡبَابَ سُجَّدٗا وَقُلۡنَا لَهُمۡ
لَا تَعۡدُواْ فِي ٱلسَّبۡتِ وَأَخَذۡنَا مِنۡهُم مِّيثَٰقًا غَلِيظٗا ١٥٤
Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk
(menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan
kepada mereka: "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami
perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan
mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang
kokoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar