Senin, 18 Juni 2012


MEMPERSIAPKAN  MENTAL  ANAK PASCA  PERCERAIAN
ORANG TUANYA


             AlQur’an surat  Al Baqarah ayat 229 memberikan solusi tentang perceraian dengan menyatakan : talak ( yang dapat dirujuki ) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan yang baik ( Faimsaahun bi ma’ruuf au tasriihun bi ihsaan )  , di ayat lain menyatakan : pergauilah istrimu dengan muasyarah bil ma’ruf , artinya rukunlah yang baik dan jika terjadi perceraian, cerailah yang baik. Artinya kalau dulu bertemu dengan baik maka berpisahnya   dengan cara yang baik pula. Akan tetapi perjalanan rumah tangga tak semudah yang dibayangkan , ada saja terjadi konflik, perselisihan, pertengkaran yang terkadang dapat diselesaikan dalam intern keluarga itu sendiri dan bila perla perlu diselesaikan antar keluarga masing-masing.

        Bila tak dapat diselesaikan , maka jalan terakhirnya adalah melalui perceraian dan bila dalam perkawinan telah dikaruniai anak , tentu akan berdampak pada perkembangan mental maupun pisyk anak-anaknya mereka. Dengan kata lain anaklah yang akan menjadi korban pertama yang merasakan dampak perceraian kedua orang tuanya. Sehingga dalam menghadapi perceraian orang tuanya maupun pasca perceraian , anak-anak perlu dipersiapkan mentalnya agar tidak terjadi perubahan drastic pasca  perceraian orang tuanya. Berikut ada tips-tips yang harus dipersiapkan bagi orang tua terhadap anak-anaknya yang menurut Dr. Seto Mulyadi ( psykolog anak ) menyatakan bahwa : perceraian orang tua pasti membawa dampak pada anak-anaknya. Namun baik buruknya dampak yang ditimbulkan dan cepat tidaknya anak mengatasi perasaan yang timbul akibat perceraian orang tuanya sangat tergantung pada kwalitas komunikasi.

     Dari beberapa  saran yang sebaiknya dilakukan orang tua agar anak sukses beradaptasi, jika perceraian terpaksa dilakukan  adalah :
a.   Begitu perceraian sudah menjadi rencana orang tua, segeralah memberi tahu anak bahwa nanti akan terjadi perubahan dalam hidupnya, bahwa nanti  anak tidak lagi tinggal bersama  ayah dan ibu, tapi hanya dengan salah satunya.
b.      Sebelum berpisah ajaklah anak untuk melihat tempat tinggal yang baru ( jika harus pindah rumah ). Kalau anak akan tinggal bersama kakek dan nenek, maka kunjungan ke kakek dan nenek mulai dipersering. Kalau ayah/ibu keluar dari rumah dan tinggal sendiri, anak juga bisa mulai diajak untuk melihat cal;on rumah baru ayah/ibunya.
c.       Diluar perubahan yang terjadi karena perceraian , usahakan agar sisi-sisi lain dan kegiatan rutin sehari-hari si anak tidak berubah. Imsalnya, tetap mengantar anak ke sekolah atau mengajak pergi jalan-jalan.
d.     Jelaskan kepada anak tentang perceraian tersebut, jangan menganggap anak sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa, jelaskan dengan menggunakan bahasa sederhana. Penjelasan ini mungkin perlu diulang ketika anak bertambah besar/dewasa.
e.      Jelaskan kepada anak bahwa perceraian yang terjadi bukan salah si anak.
f.        Anak perlu selalu diyakinkan bahwa sekalipun orang tua bercerai tapi mereka tetap mencintai anak. Ini sangat penting dilakukan terutrama dari orang tua yang pergi, dengan cara : berkunjung, menelpon, mengirim surat atau kartu, SMS , buatlah si anak tahu bahwa dirinya selalu di ingat dan ada dihati orang tuanya.
g.      Orang tua yang pergi,, meyakinkan anak kalau ia menyetujui anak tinggal dengan orang tuanya yang tinggal bersama anaknya , dan menyemangati anak agar menyukai tinggal bersama orang tuanya itu.
h.      Orang tua yang tinggal bersama anak, memperbolehkan anak bertemu dengan orang tua yang pergi, meyakinkan anak bahwa dia menyetujui pertemuan tersebut dan menyemangati anak untuk menyukai pertemuan tersebut.
i.        Kedua orang tua, merancang pertemuan rutin, pasti, terpredeksi dan konsisten antara anak dan orang  tua yang pergi. Kalau anak sudah mulai beradaptasi dengan perceraian, jadwal pertemuan bisa dibuat dengan fleksibel.
j.        Tidak saling mengkritik atau menjelekkan salah satu pihak orang tua di depan anak.
k.      Tidak menempatkan anak ditengah-tengah konflik . misalnya dengan menjadikan anak sebagai pembawa pesan antar kedua orang tuanya, menyuruh anak berbohong kepada salah satu orang tua, menyuruh anak untuk memihak pada satu orang tua saja. Anak menyayangi kedua orang tuanya. Menempatkannya ditengah konflik akan membuatnya bingung, cemas dan mengalami konflik kesetiaan.
l.        Tidak menjadikan anak sebagai senjata untuk menekan pihak lain demi membela dan mempertahankan diri sendiri. Misalnya, mengancam pihak yang pergi untuk tidak boleh lagi bertemu dengan anak kalau tidak memberikan tunjangan, atau tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan anak supaya pihak yang pergi merasa sakit hati, sebagai usaha membalas dendam.
m.   Tetap mengasuh anak bersama-sama dengan mengesampingkan perselisihan.
n.      Memperkenankan anak untuk mengekpresikan emosinya, beresponlah terhadap emosi anak denmgan kasih saying, bukan dengan kemarahan dan celaan. Anak mungkin bingung dan bertanya, jawablah pertanyaan tersebut baik-baik, dan bukan mengatakan “ anak kecil mau tahu saja urusan ayah ibu “.

         Dari uraian diatas terlihat jelas betapa pentingnya kerjasama orang tua agar anak dapat beradaptasi  dengan sukses dan betapa penting arti keberadaan orang tua bagi anak, saran-saran diatas bukanlah  hal yang mudah dilakukan, apalagi jika perceraian diakhiri dengan perselisihan, ketegangan dan kebencian satu sama lain.  Kalau perceraian memang tak terhindari lagi, maka mari membuat perceraian tersebut menjadi perceraian yang tidak merugikan anak. Anak-anak sangat membutuhkan cinta dari kedua  dan menginginkan keduanya menjadi bagian dalam hidup mereka.

      Perhatian berupa materi memang perlu, namun itu saja sangat tidak memadai untuk membuat anak mampu beradaptasi dengan baik. Jangan lagi menjadikan negeri ini semakin carut marut dengan membiarkan anak-anak kita yang tidak berdosa menjadi terlantar. Ayah dan ibunya yang tak peduli lagi terhadap masa depan anak-anaknya dengan menuruti egonya masing-masing membuat anak tak tentu arah masa depannya, menjadi peminta-minta di lampu-lampu merah,   perempatan  jalan, siapa itu ? mereka antara lain adalah korban ke egoisan dan perceraian kedua orang tuanya.

        Atau orang tua sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu kepada ahlinya untuk mengetahui dampak buruk  pasca perceraian , mempersiapkan  diri menghadapi kehidupan yang mungkin lebih buruk lagi dari pasangan pertamanya  dan dari beberapa kasus ternyata ada pasangan yang beberapa bulan bercerai , lalu menikah lagi dengan pasangan barunya dan tidak lama kemudian mengajukan perceraian lagi dengan suami keduanya karena dirasa suami yang kedua lebih buruk lagi dan masih mendingan suaminya yang pertama . demikian seterusnya dengan suami yang ketiga …dalam hal ini seakan istri menjadi piala bergilir. 

     Allah mengingatkan  “ Wa an takrahu syai’an fahuwa khairrul lakum, Wa an tuhibbu syai’an fahuwa sarrul lakum “boleh jadi apa yang kamu benci itu akan membawa kebaikan bagimu dan boleh jadi apa yang kamu senangi menjadi mala petaka  bagimu .   Allah  telah  memilihkan  pasangan  (  sebagai  suami  istri ) dan pula dikaruniai anak  tetapi banyak yang tidak mensyukurinya .

      Tips-tips diatas agar dibaca terutama pasangan suami istri yang masih labil dan rentan terhadap perceraian , semoga  tulisan singkat ini berguna bagi kita semua  amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar